Bukan Hak Milik

Share On Facebook Share On Twitter Share On Google+




Apa yang salah dan siapa yang salah? Memahami arti cinta yang sederhana namun punya banyak makna. Setelah aku terjebak dalam permainan ku sendiri, permainan hatiku, permainan otakku, permainan perasaanku dan permainan ilusi mataku. Menyadari bertepuk sebelah tangan sangat sulit diterima. Kecewa entah dengan siapa.

Ketika rindu perlahan membuncah, biar rindu hanya milikku seorang menyelinap bersama mimpi, mungkin aku sedikit “gila” dengan CINTA, dengan
hayalan ku sendiri. Hei… ayolah berpikir sedikit logis yang tak cinta biarlah tak cinta, yang tak rindu biarlah tak rindu. Memintahlah pada yang ada, merindulah pada yang kasih. Kutimang rindu dibalik senandung gelap cahaya dari luar kamarku.

Kemudian ingat puisi karya seniman terkenal Chairil Anwar “Aku”

Kalaulah sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Perlahan aku pahami makna puisi itu “Kalaulah sampai waktuku, ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu, Tidak juga kau, Tidak perlu sedu sedan itu…” si “aku” dalam “waktuku” adalah kematian. Bila kelak kematian datang menghampiriku, aku tak peduli lagi kepada siapa yang merayu, mencintaiku, mengasihiku dan merinduku tidak juga kau, tak perlu ditangisi.

Ah, begitu dalam makna puisi itu, bait demi bait dalam karya itu begitu mendalam bagi yang memahami. Aku ingin kau juga memahami makna puisi itu, agar kau sedikit saja menghargai kehadiranku.

Aku percaya, engkau juga punya cinta yang sama besarnya sepertiku. Bedanya, cintaku “untukmu” dan cintamu untuk “kekasihmu” bukan “untukku”. Bersandar dipelabuhan malamku, kasur lusuh dikamar menatap langit - langit kamar penuh dengan goresan air yang mengering, dinding kamar dengan cat hijau memikirkan kebodohan yang dibuat oleh hatiku sendiri, memikirkan engkau yang tak memikirkanku.

Apakah orang yang salah atau caraku mencintai yang salah? Entahlah…

Dulu, aku tak pernah menangis karena cinta, yang aku tahu hanyalah tawa dan canda. Aku terlalu lelah untuk menangisi yang sudah menjadi kodrat. Aku ingin kembali seperti dahulu yang suka menulis, yang riang, duduk bersama buku ditangan dengan sejuta imajinasiku atau bahkan aku ingin kembali kemasa kanak - kanak yang menghabiskan waktu dikebun, diatas pohon rambutan, berlari - lari dibawah hujan atau bahkan tidur diatas pohon dengan sekeping papan dan selembar kain. Oh, indahnya.

Real life… ya, inilah kenyataan hidup. Mampu atau tidak mampu, bisa atau tidak bisa tetap saja kenyataannya sudah terjadi. Kenyataan harus dihadapi, diterima atau tidak diterima kenyataan akan tetap datang.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0… mengisi pikiran yang kosong. Aku tak mau “cinta yang bertepuk sebelah tangan” itu terpikirkan lagi. Untuk waktu yang hilang terbuang, untuk pikiran yang tak jernih untuk hati yang tersakiti, untuk rasa kecewa yang mendalam aku coba memejamkan mata…

Kecewa… karena rasa kecewalah aku berkelana, karena rasa kecewalah aku menutup akun jejaring sosialku selama 3 hari. Namun sayangnya tidak ada yang mengetahui hal itu. Berharap ada yang mencari. Bodoooh.!! (dari dalam fikiranku) Non - aktifkan handphone, hei… siapa juga yang mau menghubungiku. Tidak dia, tidak engkau, tidak juga mereka. Oh, menyedihkan…

Sesekali posisikan dirimu menjadi diriku, aku pikir tidak akan ada yang mau. Sebuah kebetulan sering kali menipu pikiran. Malam itu, aku mengaktifkan handphone barangkali ada memang yang sedang merindukan'ku. “” suara handphone berdering tanda ada SMS masuk. Ah, itu dia yang mengirimkan pesan. Kembali berpikir, aku rasa… I feel… lalu aku bangkit melihatnya ternyata memang bukan dia. kemudian aku sadar “DIA MEMANG BUKAN UNTUKKU”.




Jangan Lupa Juga Berkunjung Disini>>>
Share Artikel Ke :
Facebook Twitter Google+

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda.