Setangkai Mawar Merah Sunyi

Share On Facebook Share On Twitter Share On Google+




AKU tengah berfikir betapa hidup ini telah menjadi begitu hampa dan sia - sisa untuk dipertahankan ketika kusaksikan setangkai sunyi tumbuh di antara gerimbun bunga - bunga di halaman. Setangkai sunyi yang cemerlang dengan perpaduan warna - warna yang paling rahasia sehingga membuatku tergetar dan bertanya - tanya. Benarkah masih ada keindahan yang begitu menakjubkan di tengah dunia yang telah berubah.?

Di sela bunga - bunga mawar yang mekar dan di bawah gerimis yang membasahi senja, setangkai sunyi itu tampak begitu bening dalam keindahannya. Seakan bunga itu terus tumbuh sebagai cinta abadi. Seperti segala yang bermula dari sunyi, ia menjadi terlihat begitu berarti. Bukankah dunia ini juga sebermula dari sunyi.? Entahlah. Aku tak mengerti. Aku tak terlalu memahami. Tetapi yang pasti, kini, di hadapanku telah tumbuh setangkai sunyi yang begitu cemerlang, basah dan murni. Memancarkan keredupan yang menentramkan hati. Segala yang kupandang seperti menjelma bentangan luas yang lembut dan segar. Langit bersih seperti permukaan yang masih terawat dengan baik. Aku menyaksikan dunia yang selama ini hanya ada dalam harapan. Aku menyaksikan sekawanan burung merpati terbang meniti sepi.


Aku memejam menyaksikan itu semua. Ini bukan dunia menyedihkan yang kukenal. Dan aku, tiba - tiba, menemukan diriku yang termangu di beranda, seperti luluh di bawah cahaya pucat rembulan.  Tapi malam itu aku menemukan rumah begitu ganjil, Pintu setengah terbuka. menyaksikan setangkai sunyi itu tumbuh mekar dan makin mengesankan, sementara kegelapan mulai menampakkan diri bersama gerimis. Pagar dan pepohonan membasah, jalanan berkilat dan makin muram, sedang pohon - pohon tampak menggigil ganjil. Aku melihat setangkai sunyi itu bergoyang - goyang dijentikan angin. Ada suasana gaib yang ditimbulkannya. Seperti ada kesedihan yang diuntai jadi
bunga keindahan. Atau semacam kesyahduan dan kerelaan yang tulus dalam rindu yang tak berkesudahan.

Makin lama setangkai itu makin mekar membesar, dan aku semakin berdebar. Namun masih saja aku termangu di beranda dengan secangkir kopi yang telah dingin memandangi setangkai sunyi itu, Suara itu masih saja terdengar dalam ingatan. Sampai aku yakin ia memang masih hidup. Dan ia memang tetap hidup, Dalam ingatan.

Aku selalu merasa semuanya ada dan nyata. Sebagaimana setiap kali aku bangun pagi dengan malas karena tak tahu harus melakukan apa dengan hidup yang makin hampa dan membosankan ini, Dan aku, selalu, kembali merasa makin sepi setelah pergi darinya. Aku kembali disergap kehampaan ketika merasakan dunia yang makin tidak mempesona, Sendiri merawat kesunyian yang tumbuh di halaman. Begitulah; Aku rawat bunga sunyi itu hingga tumbuh subur, Aku tanam bunga sunyi itu di sekeliling pagar. Di bawah jendela kamar, agar setiap aku bangun pagi bisa kuhirup harum baunya yang menentramkan. Kutanam bunga sunyi itu di setiap pojok rumah dan juga lahan - lahan kenangan yang seringkali sayup - sayup membuatku menangis sendirian.

Setangkai sunyi yang mula - mula aku temukan tumbuh di antara rerimbun bunga - bunga itu kini telah memenuhi halaman dan setiap bagian rumah. Setangkai sunyi itu kini bermekaran di mana - mana. Setiap menghirup keharumannya aku seperti melayang dan mengapung. Kelopaknya selalu berkilat, Daun - daunnya selalu basah, Tangkainya selalu bergoyangan seperti kupu - kupu yang beterbangan dari satu tangkai sunyi ke tangkai sunyi lainnya.


Setiap pagi aku selalu menyaksikan setangkai sunyi itu berbunga. Dan setiap kali itu pula aku masih merasakan bunga itu hidup di dalam hatiku sebagai cinta..


Jangan Lupa Juga Berkunjung Disini>>>
Share Artikel Ke :
Facebook Twitter Google+

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda.