
Tinta itu tak cukup satu warna
Rasa ini tak cukup dengan satu ungkapan
Tangan ini tak cukup sekali menulis
Meski tinta dan pena jadi korban utama perasaan
Kulukis wajah elokmu diatas kertas putih itu
Senyum manis dibibirmu dan
cahaya dimatamu
Sungguh sempurna tinta itu
Dapat melukis dengan indah figur wajahmu
Kertas itu tak puas dengan diskripsi wajahmu
Dia ingin tahu tentang dirimu
Tinta dan tangan itu bersekutu
Menggoreskan rubby disetiap bagan putih itu
Aku memang sekarang pendiam, wahai Dewi . . .
Tapi aku tidak buta ataupun tuli
Aku jabarkan setiap kali mata memandang dan telinga menyimak
Meskipun lidahku hanya sukma tak guna
Isyaratku tak memahamkanmu
Namun kertasku bernyawa
Dan hatiku selalu bergema
Akan selalu ada kamu di setiap goresnya
Seorang wanita yang akan terus abadi dalam aksaraku
Kalau aku benar ~ benar menjadi aku,
dan kamu tetaplah menjadi kamu; Maka,
Tahkan pernah lagi ada kata kita...

0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda.