Cinta Bermusim Di Daun Gugur

Share On Facebook Share On Twitter Share On Google+




Kita adalah dedaunan itu,
pernah menghijau menebar rindu,  
pernah kering dan berguguran,
lalu melayang bersama debu,
ditiup angin.

Kita adalah dedaunan itu,

ranting - ranting kita adalah perayaan,
dahan-dahan kita
adalah keberanian,
matahari dan hujan adalah pandangan hidup,

lantas mengapa kita anggap angin sebagai keluh kesah?


Kita adalah dedaunan itu,

bersatu tanpa ikatan tali temali,
menari tanpa alunan kecapi,
tetapi kita adalah pengisi kehampaan,
itulah alasan kita punya arti bagi bumi.

Kita adalah dedaunan itu,

tak pernah berharap taman menjadi sunyi,
karena kita bukanlah bala tentara sang raja,
tak kenal busung - busungkan dada,
tak kenal pula tunduk merunduk.

Pernah kita cari kebenaran,

bertanya pada burung yang melintas,
memohon pencerahan pada malam kelam,
tetapi satupun tak pernah mendapat jawaban.

Karena kita hanyalah dedaunan

yang gugur sebelum musim berganti.





Jangan Lupa Juga Berkunjung Disini>>>
Share Artikel Ke :
Facebook Twitter Google+

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda.