Luka Yang Terbait

Share On Facebook Share On Twitter Share On Google+



Sejenak mendendam
Sedetik kemudian lekang di peraduan gulita
Tiduri terali duri bersama kekasih  paradam
Sampaikan segenggam kisah pada
sang malam
Hanyalah senandung parau tentang cinta ku yang karam

Angkasa gegap gempita
Purnama bukannya gerhana
Gugusan gemintang berbentuk bunga
Bunga lara dari mu hai nona

Aku terperosok dalam alasan yang aku sendiri tak dapat menyebutnya
Membisikannya pun terlalu memekahkan telinga
Maka tuk jawabnya, cobalah teriakkan namamu sendiri kepada senja
Mungkin ia akan membalasnya dengan gema yang berbunyi durjana....
Durjana.....

Hai nona.!!
Aku ingin jadi petapa dan enyahkan seluruh indra
Bersemayam di gelapnya taman rasa yang tersesaki rindu
Tuk dapatkan jawab masih dapat dirasakah.?
Apa yang di sebut cinta, mata, telinga, dan sentuhan dibuat tiada

Aku ibarat rumput hijau yang di terpa angin
Ingin hati di hembus, dibawa berkelana kemana - mana
Tapi tak daya tertahan akar yang mencengkram erat ditanah
Tak seperti engkau daun kering yang bebas, berkelana di hembus angin
Lalu hinggap di halaman rumah siapa saja

Akan ada masa ketika kuminta kembali jantungku untuk kupelihara sendiri
Setelah lama di tanganmu ia banyak tersengat api

Dan jiwa emas ini bukan tuk di pilih angkara - mu nona
Sesungguhnya aku bersanding dirimu
Bagai pemantik api bersua mesiu
Tak ada wujud lain selain abu

Namun saat tak satu pelita pun mampu terangi jalanmu
Jangan kau cari kembali benderang diriku






Jangan Lupa Juga Berkunjung Disini>>>
Share Artikel Ke :
Facebook Twitter Google+

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda.