Tak ada pelangi tanpa hujan, tak ada malam tanpa senja dan tak ada pagi tanpa kegelapan. Maka nikmatilah semuanya ketika ia datang menyapa. Karena sesungguhnya hidup dicipta dengan segala proses yang ada. Di setiap masa nampaknya selalu ada saat yang tak mudah untuk berbicara, tapi tidak gampang untuk diam. Kita tidak tahu pasti bagaimana persisnya kata- kata akan diberi harga, dan apakah sebuah isyarat akan sampai. Di luar pintu, pada saat seperti ini, hanya ada mendung, atau hujan, atau kebisuan, mungkin ketidakacuhan. Semuanya menjadi teka - teki kehidupan.
Bagiku, hujan menyimpan senandung liar yang membisikan ribuan kisah. Tiap tetesnya yang merdu berbisik lembut, menyuarakan nyanyian alam yang membuatku rindu mengendus bau tanah basah. Bulir - bulir yang jatuh menapak diatas daun, mengalir lurus menyisakan sebaris air di dedaunan. Sejuk, mirip embun. Hidup seperti ini. Aku bisa merasakan senja yang bercampur bau tanah basah sepeninggal hujan. Seperti kanvas putih yang tersapu warna - warna homogen indah. Dentingan sisa - sisa titik hujan di atas atap terasa seperti seruling alam yang bisa membuatku memejamkan mata. Melodi hidup, aku menyebutnya seperti itu. Saat semua ketenangan bisa kudapatkan tanpa harus memikirkan apa pun yang perlu kulakukan adalah menangis membebaskan semua beban, melepaskannya terbang.
Di tempat ini kamu pernah membuatku pudar " Wahai Gadis mei'ku, kaulah sebenar - benarnya perempuan yang
pernah mencoret matahari sajakku menadah hujan kata di langit - langitnya tanpa hujung menghanyutkan sejuta aku, dalam sungai langsa jiwa. Akulah lelaki masa lalumu itu, yang telah memiliki genangan hujan dalam tulisan yang mengandung rasa semanis puisi menafasi cinta suci yang pernah kupersembahkan untukmu lewat bait - bait aksara sekering tanah kemarau namun ku'selalu menumbuhkan akar - akar do'a sediam sepi. Kau tahu, pohon-pohon telah jadi batu, masa lalu pun tersapu hujan-gaduh itu. Kepada siapa aku harus menabalkan janji.? Selain pada kenangan - mungkin selembar catatan bersamamu.
Mengapa tak kau kembangkan payungmu yang berbunga - bunga itu.? Dan segera berbahagia bila kau takut aku bersamamu menjadi pemahaman yang kau cintai. meski, kau masih saja nama yang ingin kupahat di tubuh hujan air mataku yang begitu lebat ini sayang, serupa jari - jari rindu mengukir kehilangan begitu cepat di sisa tubuh pertemuan yang semakin cacat. Aku rela aku sudah tak ada, biarlah rasa kemarin dirahasiakan oleh rahasia. Ke mana? Entah. Tetapi dari hujan aku bisa belajar bahasa air bagaimana berkali - kali jatuh tanpa sedikitpun mengeluh pada tanah; bahwa apa yang telah di takdirkan harus di terima dengan lapang dada.

0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda.