Undur Diri

Share On Facebook Share On Twitter Share On Google+
Aku benci berkemas. Aktivitas yang di ujung lorongnya akan mempertemukanku dengan sebuah perpisahan. Dan tidak ada perpisahan yang tidak menyakitkan, walaupun perpisahan itu digagas untuk sesuatu yang lebih baik lagi. Katanya.  Opsi yang seandainya bisa dilengkapi, dihindari dengan cara berlari melalui jalan memutar meskipun penuh belukar. Dihindari dengan berusaha menipu diri kalau semuanya akan baik-baik saja. Entahlah. 

Aku tidak pandai mengucapkan selamat tinggal. Lidah biasanya seperti disimpul mati. Keluh. Bahkan, ketika suara belum keluar sama sekali. Aku tidak mahir menata kata ketika lambaian tangan adalah sebuah penutup dari serangkaian perjumpaan. Rasanya seperti tercekik. Sesak tanpa bisa berbuat apa-apa. 

Dari sekian banyak perpisahan yang pernah menghadang, aku tidak lantas menjadi pandai. Dari sebegitu banyak aktivitas berkemas yang telah dilakukan, aku tetap saja bermuara pada kubangan yang serupa. Dari pengalaman berkali-kali dipaksa melambaikan tangan padahal telinga menangkap suara hati yang sobek, aku tetap saja tidak berubah bebal atau bahkan kapalan. Semua terus menerus berulang tanpa aku bisa menemukan jalan keluar sebagai bentuk pengalihan. Semua berdengung seperti sekelompok lebah yang terbang rendah mendekati gendang pendengaran. Menganggu.!!


Tetapi aku menyebutnya pendewasaan. Rumah yang banyak menyimpan cerita tentang menjadi dewasa. Rumah yang di dindingnya tertulis pelajaran-pelajaran tentang memaklumi, tentang berusaha mengerti. Rumah yang membuatku tahu bahwa tinggal dengan orang yang sifatnya sungguh bertolak belakang itu sangat menguras emosi. Seperti menaiki jet coaster. Harus siap kapan saja menghadapi jalanan yang tiba-tiba membolakbalikan perasaan. Harus sedia memasang kuda-kuda karena aku tidak pernah tahu kapan jalan akan mengantarkan aku pada terjal jurang yang terpaksa harus dilewati. Tidak ada lagi pilihan. 

Aku menyebutnya rumah itu adalah hati. Rumah yang diisi hanya satu cinta. Rumah yang semula ramai kemudian senyap karena salah satu hati memutuskan untuk beranjak pergi mengejar angan. Rumah yang ikut menjadi saksi bawah hubungan berbonus jarak tidak pernah mudah dijalani. Bisa dilihat di salah satu bagian dinding kamar mandi banyak coretan-coretan serupa pagar hasil menghitung rindu. Rindu yang sering kali tidak bisa ditahan sampai membuat kepala seperti dibebani bola api raksasa. Berat sekaligus menyiksa. Tapi setidaknya disanalah aku belajar menjadi pasangan yang tidak egois. Pasangan yang tidak menghalangi pasangannya untuk bergerak maju memintal impiannya. Kebahagiaan harus diperjuangkan, tetapi ketika dalam pelaksanaannya aku tidak bisa ikut serta maka hal yang bisa dilakukan adalah mendukungnya. Membiarkannya pergi meraih impian karena jarak sebetulnya bisa dikalahkan. Secara teori. Kenyataannya aku kadang tidak sekuat itu. Bersimpuh aku meratapi rindu yang tidak bisa dientaskan lewat perjumpaan yang bisa digagas kapan saja. Rumah ini saksinya. Bagaimana aku berjuang menjadi tidak egois. Belajar mengatur strategi agar kerinduan tidak memberangus semuanya. 


Dan kali ini aku benar-benar harus mengucapkan selamat tinggal. Bukan pada sebelah jiwaku, tapi pada rumah ini. Rumah yang sudah beberapa tahun hanya kamu saja seseorang yang menempati. Rumah yang menjadi saksi banyak kerinduan,kesepian,emosi
semuanya menyatu  ketika dua pemikiran tidak menemukan jalan untuk dipersatukan. Rumah tempat aku sering sekali menggelar rindu, bertransformasi dari sifat ingin memahami, mencintai dan juga mengalah bahkan ketika tidak diminta. Rumah seribu cerita. Rumah tempat ku pulang ketika lelah mengganduli langkah. Rumah tempat aku bercinta dengan logika juga rasa. Rumah tempat pentas banyak drama. Dan kali ini aku dipaksa pergi dari rumah oleh keadaan. Lagi-lagi dengan alasan untuk masa depan yang lebih cemerlang. 

Aku mulai berkemas dan menyusun rangkaian kata untuk mengucapkan selamat jalan. Tidak pernah gampang karena rumah ini terlalu banyak menyimpan cerita. Tidak akan mudah karena sudah banyak kejadian yang tertoreh di semua kisi-kisi jendelanya. Tapi semua harus dijalani. Dilewati. Dan semoga saja akan kembali menjadi sebuah pembelajaran yang mendewasakan. Mudah-mudahan. 

Selamat tinggal hunian tempat aku bersarang menyulam beludru. Selamat tinggal rumah banyak kejadian. Mungkin kita akan bertemu lagi beberapa tahun dari sekarang dan kuharap ketika kita bertemu kita sudah memiliki masing-masing rumah yang indah dan juga membahagiakan.


Jangan Lupa Juga Berkunjung Disini>>>
Share Artikel Ke :
Facebook Twitter Google+

1 comment:

  1. Casinos near Casino Lake Tahoe - JM Hub
    Casinos near 태백 출장마사지 Casino Lake 성남 출장샵 Tahoe - 시흥 출장마사지 Hotel, Casino 안성 출장마사지 & Resort in 사천 출장안마 Stateline, Nevada · Book Now · Find Your Casinos Near Me.

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan anda.