Sekali lagi, aku menemukanmu dalam keadaan tak mengenaliku.
Seringkali, Sering dan berkali-kali. Harus ke mana lagi mencari bukti sebagai pembelaan untuk hatiku yang berulang kali kauragukan? Barangkali kau belum tahu, sampai detik ini, degupmu masih berbunyi di jantung seseorang.

Anggap saja cinta seorang pencuri, hati brankas yang tak terkunci. Betapa baiknya waktu; kita dipertemukan oleh kebutuhan dan kesempatan. Namun keinginan saling memiliki juga menjadi bagian waktu untuk saling melupakan. Kita yang pernah saling membuntuti ini, tiba-tiba saja dibuat lelah dan kehilangan jejak. Begitu cepatnya cara kerja rasa kecewa. Tak perlu lagi seyakin itu untuk saling menyembuhkan, sepasang kecewa seperti kita hanya membutuhkan hati yang tak terlalu banyak berjanji.
Tak perlu lagi mengingat aku yang sudah tenang karena abaimu. Kau tentu masih ingat, menjauhku disebabkan kata terakhir kalimat barusan. Pelukan yang terakhirmu; Kuhargai saja hangatnya, barangkali bisa meniup luka atau mengeringkan darah, Demikian baik dadaku mengartikan sisa pelukmu. Seperti aku kemarin; Mungkin suatu saat, di satu jelang petang, aku akan menjadi bening rindu yang tiba-tiba mengalir di sepasang matamu.
Mungkin hanya kata mungkin, sebegitu asing dirimu sebagai perasaan cinta yang kukenali. Meskipun akhirnya tak bisa saling memiliki, semoga cerita kemarin tak pernah menjadi bagian dari apa yang kita sesali.

Jangan Lupa Juga Berkunjung Disini>>>
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda.